Jumat, 16 Mei 2014

Tuna Netra yang Berjuang Untuk Hidup

Gambar pak Mul yang memegang kemoceng
"Kulonuwun", sebuah suara seseorang terdengar di depan rumah sembari mengetuk pintu yang tertutup. Pintu sebenarnya tertutup rapat. Tetapi suara itu terdengar berkali-kali. Saya segera mempersiapkan diri menuju ke ruang depan dan membukakan pintu.

Ada dua orang yang berdiri di depan pintu, yang satu buta yang satu normal. "Kulonuwun pak, kulo sedanten saking yayasan tuna netra ...", saya tidak begitu jelas apa yang dikatakan, tetapi mereka mengatakan dari yayasan tunanetra Solo. Jauh sekali.

Mereka datang ke Jogja hanya untuk menjual sapu dan kemoceng. Yang kondisi normal bernama pak Yanto, sementara yang buta bernama pak Mul. Saya langsung ambil sapunya dan saya sempat mewawancarai mereka sebentar.

Saya menjadi teringat dengan kisah Tono, pemuda yang masih berbadan sehat, tetapi kerjanya menjadi pengemis jalanan. Sungguh berbeda dengan pak Mul ini yang buta pun masih mau berusaha tanpa meminta-minta.

Gambar pak Yanto yang menemani pak Mul membawakan sapu.
Sebenarnya, saya tidak membutuhkan sapu tetapi karena saya ingin mengapresiasi usaha mereka daripada sekedar meminta-minta, saya pun ambil sapu satu.

Semoga kisah pak Mul dan pak Yanto ini bisa menjadi inspirasi para pengemis sekalian yang mungkin sewaktu malam hari mereka membuka gadget mereka dan membaca tulisan saya ini bahwa profesi mereka itu bukalah profesi yang bermartabat, bahkan MUI pun mengharamkan profesi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan menulis komentar. Tulislah komentar dengan penuh tanggung jawab.

Coretan Populer