Tidak semua orang percaya akan adanya hantu (jin). Tetapi bagi umat Islam, yang mengaku Islam semestinya percaya akan keberadaan makhluk ghoib ini. Bahkan di surat pendek saja sudah tertulis dengan jelas tentang keberadaan jin.
Gambar 1. Ilustrasi Hantu
Pengalaman pertama saya melihat hantu sekitar usia tiga tahun. Saat itu orang tua saya pindah tempat tinggal dari Wonokromo, Bantul ke daerah Kranon, Umbulharjo, Yogyakarta.
Sebuah rumah yang setengah jadi, dindingnya masih berupa batu bata, pintu tanpa daun pintu begitupun jendela tanpa daun jendela. Semua serba sederhana. Jendela hanya ditutup dengan kepang dan dilapisi koran bekas. Lantinya hanyalah tanah tanpa ada lapisan apapun. Dipan maupun kursi tidak ada di sana. Kami menggelar tikar dari jerami untuk alas tidur. Hanya ada sebuah ruangan yang dijadikan sebagai tempat tidur. Tidak ada kamar mandi apalagi WC. Di depan rumah ada sebuah sumber mata air yang menurut penduduk kampung cukup angker. Ada beberapa pohon salak yang tumbuh rimbun di sana, memperkuat suasana angker. Mata air di situ cukup jernih. Di situ kami dan penduduk kampung menggunakannya untuk mandi atau sekedar buang air kecil. Kami menyebutnya dengan nama "belik".
Sekitar 400 m ke timur, sebuah sungai kecil mengalir air dengan jernihnya. Di sana biasa penduduk kampung membuang hajat, buang air besar.
Sebuah pohon besar tumbuh di sebelah belik. Kami menyebutnya pohon kokosan. Buah kokosan ini secara fisik mirip buah duku, tetapi rasanya berbeda dengan duku. Kulitnya pun lebih tebal dan banyak getahnya.
Tidak jauh dari pohon kokosan ada pohon rambutan yang tidak kalah rimbun. Sayangnya banyak benalu di pohon rambutan tersebut.
Gambar 2. Buah kokosan.
Malam pertama tidur di rumah baru ini adalah malam yang tidak mungkin saya lupakan. Malam yang sangat menyeramkan buat saya yang baru berusia kurang dari tiga tahun.
Malam itu, sebuah dian (lampu tempel dengan bahan bakar minyak tanah) dinyalakan. Di Kranon saat itu belum ada listrik, khususnya di rumah saya. Saya tidur di samping ibu saya. Tiba-tiba ada mahluk aneh mendekati saya, tersenyum dan kemudian tertawa-tawa. Bentuknya sungguh aneh dan menyeramkan. Saya ketakutan dan mulai menangis. Tangisan saya ternyata tidak membuat makhluk tersebut kasihan terhadap saya. Justru teman-temannya mulai bermunculan. Mereka bedatangan dengan berbagai bentuk dan warna yang berbeda-beda. Satu hal yang saya ingat, bentuk mereka semua menyeramkan.
Bagi saya yang saat itu tidak mengenal televisi, tentu itu bukan imajinasi saya tentang makhluk aneh, itu benar-benar nyata buat saya.
Mereka tidak hanya berada di bawah, tetapi sebagian dari mereka terbang dan melayang di dinding-dinding rumah. Saya benar-benar ketakutan dan menangis histeris. Orang tua saya kebingungan saat itu dengan sikap saya yang aneh, yang menangis histeris.
Saya hanya bisa menunjuk-nunjuk ke arah makhluk-makhluk tersebut, sementara orang tua saya sama sekali tidak melihatnya. Kejadian ini berlangsung beberapa hari.
Ibu saya mulai sadar bahwa saya melihat makhluk-makhluk tersebut. Ibu saya mengajari saya untuk menghapal surah Al-Fatihah waktu itu. Ibu saya juga mengatakan kepada saya, kalau saya berani maka mereka akan takut. Setelah beberapa hari, saya hapal Al-Fatihah dan saya membacanya setiap mereka berdatangan di malam hari. Saya juga memberanikan diri untuk melawan mereka dengan kata-kata, "wani po, aku ora wedi, aku ora popo" kata saya.
Keberanian saya melawan mereka dengan kata-kata ini ternyata membuat mereka satu persatu mulai menghilang dan menjauh. Akhirnya setelah beberapa hari hantu-hantu itu tidak berdatangan lagi. Hanya kadang-kadang saja muncul untuk menunjukkan jati dirinya tetapi tidak bertahan lama.
Akhirnya saya punya kata kunci untuk melawan mereka, yaitu Jangan Takut. Jika Anda didatangi hantu, maka jangan takut, ketakutan kita adalah kekuatan mereka dan keberanian kita adalah kelemahan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan menulis komentar. Tulislah komentar dengan penuh tanggung jawab.