Kamis, 15 Mei 2014

Ratusan Orang Tewas Terbakar di Sebuah Mal Jakarta

Mayat-mayat yang hangus terbakar saat penjarahan
Hari Kamis, tepat enam belas tahun silam (14 Mei 1998), di sebuah Mal, Yogya Plaza tepatnya, Jakarta Timur, siang hari, sehabis dzuhur, banyak orang memadatinya. Sebuah kerusuhan terjadi di sana. Orang-orang yang tidak diketahui asalnya dari mana berdatangan ke Yogya Plaza. Mereka membawa mobil, truk. Mereka memasuki Yogya Plaza dan mulai melakuka penjarahan. Warga di daerah sekitar dan orang-orang di sana yang menyaksikan banyak penjarahan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut saat itu hanya bengong. Aparat yang berada di sana saat itu tidak sanggup untuk menahan bahkan hanya membiarkannya saja.

"Jangan masuk, jangan jarah", teriak beberapa orang di sana. Tetapi para penjarah yang berdatangan itu tidak peduli. Mereka tetapi melakukan penjarahan. Mereka terus berdatangan. Beberapa yang menonton pun ada yang terprovokasi ikut menjarah. Bahkan ada di antara mereka yang mengajak keluarga atau tetangga untuk datang ke lokasi dan ikut menjarah.

Penjarahan dan pembakaran
Penjarahan pun semakin liar. Hingga menjelang sore hari penjarahan bukan berakhir, tetapi semakin banyak orang berdatangan ikut menjarah. Orang-orang yang membawa truk dan mobil, berbadan kekar yang berdatangan juga melakukan provokasi untuk menjarah. Mereka menyerukan orang-orang yang hanya menonton untuk ikut mengambil barang-barang berharga di Yogya Plaza.

Agus (bukan nama sebenarnya), salah satu saksi sejarah yang mengingat peristiwa tragis 16 tahun silam menuturkan, penjarahan di Yogya Plaza terjadi karena adanya provokator dari beberapa kelompok pria berbadan tegap. Mereka menyuruh masuk ke dalam mal untuk melakukan penjarahan.

Amuk masa dengan menggulingkan mobil dan membakarnya
"Seinget saya, kejadiannya itu jam satu siang. Waktu itu keadaan Jakarta emang genting. Ada emang beberapa orang di jalan ngajak untuk ngejarah Yogya, gue inget banget di depan Yogya tuh orang udah pada kumpul kayak semut, pada siap-siap mau ngejarah," kata Agus.

Agus mengatakan, puluhan petugas keamanan dan beberapa jawara dengan senjata tajam yang diselipkan di bagian pinggang, membuat pagar betis untuk menghalau warga masuk ke dalam mal. Warga yang melihat ketatnya penjagaan tak menyerah, mereka tetap menunggu waktu yang tepat untuk bisa mengambil barang-barang yang diinginkan.

Bahkan ada suara tembakan yang sembari diikuti ajakan untuk menjarah. Ratusan orang pun terprovokasi untuk menjarah. Mereka masuk ke dalam mengambil barang-barang apa saja yang mereka dapatkan. Tidak hanya di lantai satu, dua, tiga hingga lantai enam pun mereka masukki.

Amuk masa dengan membakar barang-barang yang ada di sekitarnya
Menjelang sore, penjarahan tetap saja berlangsung. Beberapa pria berbadan tegap yang tadi berdatangan ternyata mengambil kasur-kasur besar dan menaruh di lantai bawah. Bertumpuk-tumpuk kasur di sana. Ratusan penjarah tidak semua sadar akan hal itu. Hanya beberapa orang di bawah ada yang menyaksikannya.

Setelah kasur-kasur tersebut terkumpul di sana, pria-pria tegap tersebut menyiramkan minyak di atas kasur-kasur tersebut. Beberapa orang yang melihatnya berteriak.

"Mau diapain tuh kasur?"

Mayat wanita etnik Thionghoa yang menjadi korban
Ada pula yang langsung berteriak, "Jangan dibakar! Jangan dibakar!", yang kemudian diikuti oleh beberapa orang lainnya, "Jangan dibakar! Banyak orang di atas! Bisa terbakar mereka!", ada juga yang berteriak, "Banyak anak kecil di dalam dan di atas!".

Namun pria-pria tegap itu tidak peduli. Mereka terus menyiramkan minyak dan "bluk", korek api dinyalakan dan membakar kasur-kasur itu. Kasur itu terbakar dengan cepat, api menyebar ke seluruh penjuru. Orang-orang di bawah berhamburan ke luar, tetapi tidak semua bisa keluar, mereka ada yang terjebak. Ada yang terjebak di toilet, ada yang terjebak karena sudah dikelilingi api.

Bangunan-bangunan lain yang terbakar
Berbeda lagi dengan yang berada di lantai dua, apalagi lantai enam. Mereka kebingungan harus bagaimana, ada beberapa yang akhirnya bisa melompat ke luar. Namun tidak sedikit yang tidak sempat masuk ke luar.

Ada seorang wanita hamil, salah seorang yang biasa berdagang di sana, mendengar teriakan bocah di dalam minta tolong. Wanita itu pun mau masuk ke dalam. Namun banyak temannya mencegahnya. Wanita itu tidak peduli, dia tetap nekat masuk.

Api terus berkobar. Wanita hamil tadi tidak kunjung keluar. Api semakin membesar. Tidak ada tanda-tanda petugas pemadam kebakaran. Aparat yang tadi siang ada pun sore sudah menghilang entah ke mana. Api yang semakin membesar hingga malam hari. Teriakan-teriakan minta tolong yang tadi terdengar semakin malam semakin hilang. Bau daging terbakar begitu menyengat.

Mal yang dijarah dan dibakar masa
Kurdi, salah seorang yang datang ke lokasi kejadian untuk mencari isterinya yang sedang hamil juga tidak menemukan. Dia sudah berkeliling di sekitar Yogya Plaza. Dia berfikir isterinya tidak mungkin masuk, karena istrinya berjualan di luar. Tetapi sampai larut malam juga belum terlihat.

Jam 3 pagi, Hari Jum'at, 15 Mei 1998, api sudah mulai surut. Kurdi sudah kembali lagi ke Yogya Plaza. Ada yang mengatakan kepada Kurdi kalau isterinya tadi masuk. Kurdi begitu terkejut dengan informasi tersebut.

Jam 8 pagi, api sudah padam. Kurdi dan banyak warga di sana memasuki Yogya Plaza untuk mencari saudara mereka. Betebaran mayat-mayat manusia yang hangus terbakar. Ada yang terjatuh di lantai satu, ada yang bertumpuk, ada yang berpelukan, ada terlihat berteriak, semuanya hangus. Kurdi tidak juga menemukan isterinya.

Aksi salah seorang yang terlibat di kerusuhan Mei 1998
Ratusan orang terbakar di Yogya Plaza, tidak semua orang bisa menemukan saudaranya yang dicari. Mayat-mayat itu sudah tidak berwujud. Kurdi mendapat informasi ada wanita hamil hangus di bawah seng bersama anak kecil. Kurdi segera berlari menuju lokasi, dan dia melihat mayat hangus. Dia mengenali celana dalam mayat tersebut, dia yakin itu istri dia dan dia pun segera membawanya pulang tanpa menunggu aparat untuk membawanya. Kurdi begitu berduka.

Kesaksian lain diceritakan oleh Yanto, seorang pemuda yang kehilangan sang Ayah dalam peristiwa itu. Yanto mengatakan, saat itu Ayahnya sedang mencarinya untuk mengajak pulang, dan melarangnya untuk menjarah. Namun nahas, ia yang saat itu hanya menonton terkejut ketika mendapatkan kabar ayahnya pergi ke tempat yang sama.

Mobil-mobil dibakar masa yang mengamuk
"Bokap gue itu sampai tiga hari belum ketemu juga jenazahnya. Waktu itu siang-siang ada pemulung lagi mulung depan rumah. Pas ketemu gue, dia bilang ada yang nyariin kamu di lantai 3 mal Yogya, posisinya pas di samping tangga jalan," kisahnya.

Mendengar itu, Yanto merasa kebingungan terhadap ucapan pemulung itu. Dia mencoba meyakinkan dengan menemuinya kembali, namun pria itu menghilang. Yanto mengaku, tidak pernah melihat kembali sosok pemulung itu.

"Ya udah, pas itu gue inget bokap. Terus gue pergi ke Yogya, di sana emang udah ada abang gue lagi nyari jenazah bokap. Pas gue bilang sama abang gue, terus dia nyari sama orang yang evakuasi, beneran ada, bokap ketemu di lantai tiga di bawah tumpukan. Cirinya itu jam tangan yang dipakai masih utuh dan enggak kebakar sama sekali," ceritanya.

Begitu mengerikan tragedi itu. Ratusan orang terbakar di mal tanpa diketahui identitasnya, tanpa diekspose besar-besar beritanya karena media sebagian masih takut untuk mengekspose. Tragedi yang sungguh memilukan. Semoga tragedi ini yang menjadi bagian dari sejarah tidak dilupakan. Kebakaran yang memang disengaja oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Orang-orang yang tega membunuh orang lain.



2 komentar:

Silakan menulis komentar. Tulislah komentar dengan penuh tanggung jawab.

Coretan Populer