Minggu, 18 Mei 2014

Beginilah Tanggapan Tentang Tulisan Etika BerSMS Dengan Dosen

Setelah penulis membuat tulisan terkait bagaimana SMS mahasiswa dengan dosen sebaiknya dan ternyata banyak artikel yang juga menuliskan hal yang sama, tulisan-tulisan tersebut menuai beragam komentar. 

Namun penulis tergelitik dengan beberapa komentar yang membuat penulis ingin sekali mengupasnya.


Seorang Anonim mengatakan bahwa tulisan bagaimana mengirim SMS yang baik kepada dosen tersebut menandakan dosen gila hormat. Menurut Anonim, seharusnya tidak perlu mempermasalahkan hal tersebut di jaman sekarang.



Somebody mengatakan bahwa kampus itu didirikan untuk bisnis, ada transaksi, ada pelanggan dan mahasiswa dianggapnya sebagai pelanggan. Kampu sebagai penyedia jasa terhadap pelanggan. Pelanggan adalah raja, kalau tidak bisa melayani mahasiswa dengan baik masih banyak pilihan  kampus lain. Menurutnya, saat ini era demokrasi yang bebas memilih, bebas berpendapat.


Masih dengan nama Somebody, entah orang yang sama atau berbeda mengatakan bahwa dosen yang baik yang bisa melayani mahasiswa karena dosen dibayar oleh mahasiswa. Sehingga menurutnya dosen tidak perlu mempersoalkan cara mahasiswa menulis SMS.


Komentar semacam di atas juga tertulis di artikel yang dimuat oleh bu Tenia, ada seseorang yang bernama Dono menanggapi bahwa hal-hal semacam ini kalau dipermasalahkan membuat bangsa tdak maju. Menurutnya, mau bertanya saja mengapa harus menggunakan kata maaf. Mahasiswa tidak salah, mengapa harus mengucapkan kata maaf.



Ada lagi yang bernama Dini, mengatakan bahwa dosen dianggapnya gila hormat, lebay dan arogan.


Terakhir menuliskan dirinya sebagai Dosen UI, entah memang benar dari Universitas Indonesia atau UI yang lain, dia mengatakan bahwa dosen sekarang "sok". Senada dengan sebelumnya bahwa menurut Dosen UI, yang menggaji dosen adalah mahasiswa. Dosen UI menganggap tulisan yang dimuat menunjukkan sikap sombong dosen. Mempersoalkan masalah SMS membuat mahasiswa menjadi terhambat untuk mendapatkan hak-nya.

Begitulah sekilas tanggapan yang kontra terhadap tulisan yang penulis muat maupun bu Tenia muat terkait masalah SMS. Bagaimana menurut Anda?

13 komentar:

  1. Astaga,itu org tolak ukurny hanya uang,,bukan budaya yg saling menghormati,,,

    BalasHapus
  2. Bukanya negara yg maju itu yangpunya budaya, berkarakteristik, dan menghormati orang lain ya... Entah terhadap dosen, entah terhadap orang lain. Miris saya bacanya. Semakin semangat saya mengajarkan kata maaf, tolong,terimakasih dan senyum pada anak saya.

    BalasHapus
  3. nderek komentar pak,khusnudzon mawon pak..:) mngkin mereka yg berkomentar miring belum paham tentang unggah ungguh pak,atau mungkin belum pernah mendapatakan pengajarannya.apalagi unggah ungguh yg muda kpada yg lebih tua....anak jaman sekarang kan beda dengan anak jaman dulu, sisi unggah ungguhnya sdh menipis.(kangnawir)

    BalasHapus
  4. semakin teknologi terbuka lebar, semakin etika akan ditinggalkan. budaya ketimuran pun akan ditinggalkan dan akan mengikuti budaya barat.

    BalasHapus
  5. Di Australia, hal semacam itu tidak diperdebatkan, maka di sana bebas. Mahasiswa mau kakinya di atas meja, keluar masuk ruangan. Bebas.

    Di Jepang yang terkenal teknologinya canggih, etika dijaga kuat. Bahkan mereka jika malu akan melakukan bunuh diri.

    Indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang komen ini sudah pernah ke australia ya ?? pernah ga? jangan asal bunyi aja, disana aja klo dosen ngajar dan ada mahasiswa yang bertanya tanpa izin dulu itu dibentak malah bisa disuruh tutup pintu dari luar

      Hapus
    2. ga usah jauh-jauh sampe australia, di cinere aja banyak kayak gitu ...

      Hapus
    3. jelas beda australia dgn indonesia, budayanya saja juga beda
      budaya indonesia ini dulunya terkenal dgn ramah tamahnya, sopan santunnya, gotong royongnya, byk lagi budaya indonesia yg bagus tapi skrg sdh pudar.
      dan itu salah satu cth memudarnya budaya positif indonesia

      Hapus
  6. Kampus mana itu kaki bisa bebas di atas meja dan keluar masuk ruangan seenaknya? Pas tidak ada dosen ya?

    BalasHapus
  7. salah satu tujuan pendidikan adalah membentuk karakter "baik" yang salah satu dari karakter "baik" adalah sopan santun. bener memang semua disajikan dalam screen shot diatas. saya selaku dosen juga punya hak untuk membalas/menanggapi sms yang menurut saya tidak sopan. ini adalah hak saya mau balas/tidak. Dalam berhubungan sosial, rasa nyaman yang terbentuk diantara beberapa individu yang berinteraksi akan membuat semakin hangat/akrab interaksi tersebut. sikap nyaman inilah yang membuat kita bahagia. (IMHO)

    BalasHapus
  8. dosen itu guru sekaligus orang tua saya dikampus. mau mahal, bayar sedikit, atau gratis sekalipun tidak akan mempengaruhi rasa hormat saya kepada orang yang memberi saya ilmu.

    BalasHapus
  9. hadeh, dosen = guru, guru = orang tua
    intinya itu kan berkomunikasi dengan dosen secara sopan
    kok masi diributin ya? berarti yg meributkan itu berkomunikasi dgn org tuanya juga gtu, gk ada sopannya.

    gk tau yg slah org tuanya yg krg bener mendidik anaknya atau emg anakny yg bebal ya, tp sepertinya anaknya yg bebal, krn gk mungkin org tua tidak mengajarkan sopan santun.

    BalasHapus
  10. Ini cuplikan kata-kata pidi baiq yang mantan dekan di ITB
    "Saat aku jadi dekan, di ruang dekan aku sama mahasiswa bisa merokok bersama. Mahasiswa mah malah suka mintain uang, minta rokok juga (tertawa). Karena menurutku, mahasiswaku adalah kawan-kawanku (serius). Dengan begitu, ketika aku ga minta dihormati, ya mereka jadi santai, ga kaku dan takut sama saya. Tapi justru dari situ kita jadi lebih mudah memahami esensi dari saling menghormati."

    Sungguh langka saya menemukan pengajar yang memposisikan diri sejajar dengan muridnya sebagai "teman", .
    Di film ada beberapa yg menceritakan pengajar yang seperti itu:
    - GTO (Great Teacher Onizuka)
    - Gokusen

    BalasHapus

Silakan menulis komentar. Tulislah komentar dengan penuh tanggung jawab.

Coretan Populer