Tono (waton ono) bukan nama sebenarnya. Saya sebut saja Tono karena saya belum pernah berkenalan dengan Tono. Tetapi saya cukup hapal dengan wajahnya. Bahkan saya yakin, ribuan orang mengenali wajahnya meski Tono bukanlah seorang selebriti. Penghasilan Tono tidak kalah dengan Saipul Jamil yang mobil saja harus rental.
Badanya kurus dan selalu mengenakan topi saat Tono "bekerja". Kalimat di atas adalah kalimat yang Tono lontarkan lewat telepon kepada temannya saat memperbaiki kendaraan Kawasaki Ninja-nya di sebuah bengkel daerah Nologaten.
"Mas, Uangku tinggal 40 juta, Aku bisa pinjam tidak? Aku lagi butuh nih mas.", katanya di bengkel tersebut. Usianya saat itu masih sangat muda, sekitar 20 tahun. Saya mengenal wajahnya sejak usia sekitar 10 tahun, dan banyak orang mengenal wajahnya, tidak hanya saya.
Saya yakin dengan "pekerjaanya" itu, penghasilan Tono luar biasa. "Pekerjaan" yang membuat wajahnya terkenal, namun banyak orang yang tidak menyangka bahwa penghasilan Tono luar biasa. Tono "bekerja" di perempatan (kadang disebut pertigaan) lampu merah UIN Sunan Kalijaga yang berseberangan dengan KFC.
Ya, Tono sejak usia sekitar SD mengemis di sana, mengenakan topi dan terlihat begitu lemas. Tono mengemis hingga usia dewasa. Banyak staf UIN yang hapal dengan wajah Tono. Bahkan saya mendapat informasi tentang Kawasaki Ninjanya dan kalimat lewat telepon tersebut dari salah seorang staf UIN yang tinggalnya tidak jauh dari bengkel tempat Tono memperbaiki.
Ya, begitulah kehidupan umumnya pengemis saat ini. Itu salah satu pengemis yang memang akhir-akhir ini saya sudah tidak pernah melihat lagi.
Saya pernah juga menjumpai pengemis di lampu merah jembatan layang Janti. Seseorang yang sudah berumur sekitar 35 tahun. Dia duduk di dekat tiang lampu merah. Kakinya terbalut kain, terlihat seperti lumpuh. Dari kejauhan ada seorang pria berambut panjang mengerdipkan mata kepadanya seakan memberi tanda untuk ketemu dengannya. Si pengemis tersebut sepertinya membalas dengan bahasa tubuh yang seakan mengatakan, "Tunggu bentar, ini masih nungguin yang mau ngasih."
Pria dari kejauhan tadi sepertinya memaksa dengan masih memberi tanda selain mata, kepala dan mulutnya yang seakan berkata, "Udah, cepetan, aku mau ngobrol". Si pengemis pun sepertinya ketakutan dan segera dia berdiri. Kakinya yang dibalut kain tadi tiba-tiba bisa digunakan untuk berdiri dan berjalan normal. Sungguh saya menyaksikan dengan kepala mata saya sendiri. Saya terkejut akan hal itu.
Saya teringat isu bahwa para pengemis itu ada yang membawa, ada timnya, dan ada briefing setiap sebelum diterjunkan. Mereka dibawa dengan mobil pagi-pagi dan sorenya diambil kembali.
Sekarang, sulit membedakan mana pengemis sesungguhnya yang memang membutuhkan uluran tangan dan mana pengemis yang memang menjadikan mengemis itu profesi.
Sekarang coba kita berhitung, anggap saja rata-rata pengendara memberi Rp. 500,-. Lampu merah mendapat giliran rata-rata 1,5 menit. Anggap saja 2 menit. Pengendara berhenti sekitar 90 detik. Dalam 90 detik katakanlah ada 5 pengendara memberikan uang. Berarti dalam dua menit mendapatkan Rp. 500,- x 5 = Rp. 2.500,-. Dalam satu jam ada 60 menit (30 x 2 menit), sehingga dalam satu jam kira-kira mendapatkan 30 x 2.500,- atau Rp. 75.000,-. Jika rata-rata mereka bekerja sehari 5 jam maka dalam sehari mereka akan mendapatkan Rp. 75.000,- x 5 atau sekitar Rp. 375.000,-. Jika dalam sebulan mereka bekerja 20 hari saja maka penghasilan sebulan mereka adalah Rp. 7.500.000,-. Itu dengan asumsi pengendara memberi Rp. 500,-, padahal banyak juga yang memberi Rp. 2.000,- dan bahkan Rp. 5.000,-. Di perempatan yang ramai tentu bisa lebih dari 5 orang yang memberikan dalam dua menit.
Bukan maksud saya mengajak Anda untuk ikut mengemis. Mengemis itu bukan profesi, bahkan MUI mengharamkan profesi pengemis. Nah, bagaimana? Anda masih mau memberi ke pengemis jalanan? Saya tidak melarang, namun tidak ada salahnya hati-hati. Lebih baik kita berikan kepada orang yang kita benar-benar tahu kondisi orang tersebut yang memang membutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan menulis komentar. Tulislah komentar dengan penuh tanggung jawab.