Jumat, 16 Mei 2014

Lima Hal yang Harus Diperhatikan Mahasiswa Saat Mengirim SMS ke Dosennya

Sebelumnya penulis menyajikan lima hal mengapa dosen tidak membalas SMS mahasiswanya. Hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana sebaiknya mengirim SMS kepada dosen.

Berikut ini penulis akan menyajikan lima hal yang harus diperhatikan saat mengirim SMS kepada dosen.

1. SMS dimulai dengan salam

Ketika pertama kali mengirim  SMS, gunakan salam. Salam bisa berbagai macam, misal:
  1. Assalaamu'alaikum
  2. Selamat Pagi
  3. Selamat Siang
Ketika mengucapkan salam, kalau mau menuliskan kependekannya, tulislah dengan baik. Jangan seperti berikut ini:
  1. Ass.
  2. Met Pg.
  3. M.Sg.
Mengapa "Ass" dihindari? Ass, itu kalau bahasa inggris silakan cek di google translate. Sementara Met Pg. atau M.Sg. terasa kurang sopan.

2. Perkenalkan diri

Jika SMS ini adalah SMS yang memulai pembicaraan, perkenalkan diri terlebih dahulu. Jangan langsung ke intinya. Misal dengan kata-kata berikut, "Perkenalkan, saya Budi, mahasiswa kelas A OOP".

3. Menjelaskan Maksud SMS

Setelah memperkenalkan diri, jangan langsung kirim. Terus kalau langsung kirim mau ngapain? Tulis maksud SMS, apakah mau menghadap, atau menanyakan hal lain. Jika kira-kira membutuhkan SMS berkali-kali, sebaiknya jangan SMS tetapi menelpon. Namun sebelum menelpon, ya tetap SMS dulu dengan menanyakan apakah dosen tersebut bisa ditelpon, atau kapan dosen tersebut bisa ditelpon.

Misal dengan, "Maaf, kapan bapak bisa saya telepon?"

4. Akhiri dengan ucapan terimakasih

Ini hal yang sepele tetapi penuh makna. Dosen akan merasa lebih dihormati atau dihargai jika setiap SMS diakhiri dengan ucapan terimakasih.

5. Kirim di waktu yang tepat

Nah, ini tidak kalah penting. Mahasiswa harus memahami kapan waktu yang tepat mengirim SMS kepada dosennya. Jangan tiba-tiba jam dua malam mengirim SMS ke dosennya. Pernah penulis mendapat SMS tengah malam. Setelah penulis baca ya penulis langsung hapus dan tidak penulis balas.

Demikian lima hal yang harus diperhatikan mahasiswa saat mengirim SMS kepada dosennya. Semoga bermanfaat. Jika pembaca adalah seorang mahasiswa, ada baiknya membaca lima hal yang tidak disukai dosen.

35 komentar:

  1. sip pak..., ayo kita berikan yang terbaik untuk mahasiswa kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Bu. Terimakasih atas kunjungannya. Semoga tulisan-tulisan yang kita buat bisa bermanfaat buat dunia pendidikan khususnya buat mahasiswa-mahasiswa kita Bu.

      Hapus
  2. Ini dosen-dosen yang gila hormat. Bikin negara tidak cepat maju. Ngapain pake ribet segala. Nulis SMS saja harus diatur. "Gw kira mestinya to the point" saja.

    Mahasiswa tinggal SMS, "Pak, bisa ketemu?"
    Dosen tinggal jawab, "Ya."

    Hari gini kayak gini masih dipersoalkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang seperti kamu itu yang tidak tahu diri. Bukan GILA hormat tapi saling menghormati. Kalau kamu jantan, pakai nama asli kamu di depan dosen kamu. Dasar mahasiswa tolol..!

      Hapus
    2. Yang bukan mahasiswa ga usah komentar... Mind your language??

      Hapus
  3. mhs: pak, bisa ketemu
    dosen : maaf ini siapa?
    mhs : saya budi pak
    dosen : budi yang mana ya?
    mhs : saya mahasiswa bapak
    dosen : oooh, kapan mau ketemu?
    mhs : nanti siang pak, kalau bapak ada waktu
    dosen : baik mas, silakan datang, saya kosong siang nanti

    (*bayangkan, ada berapa banyak pulsa terbuang jika anda tidak menyebut identitas anda, jika hanya menulis "pak, bisa ketemu?" pasti dosen anda bingung ini siapa? tukang kredit? petugas asuransi? sales buku? kolega bisnis? atau mahasiswa?"). begitulah anonim, semoga anda tau maksud kami memposting hal seperti ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Smart answer bu Tania. Saya juga ketika sedang baik ya menanyakan seperti itu. Jadi panjang dan lama. Itulah "to the point" mas/mbak Anonim.

      Hapus
  4. sangat perlu diperhatikan untuk menjaga unggah ungguh..

    BalasHapus
  5. "Respect others" itu sampai kapanpun dan dimanapun harus dijaga. Apalagi jika Anda kaum akademik, bukan preman. Jangan bilang "hari gini kyk gini msh dipersoalkan". Perluas pergaulan mas Anonim, biar bs menghargai perbedaam tiap org.

    BalasHapus
  6. Kalau sekarang, saya usulkan untuk menggunakan WhatsApp/Telegram untuk menghemat :) Kasihan dosen kalau harus membalas 100 SM dari mahasiswa (dan masing2 mahasiswa kirim 5 sms). hi hi hi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Whats App / Telegram bisa langsung ketahuan fotonya ya pak Budi. Kalau saya lewat pesan di FB. Kalau di FB, akunnya jelas, tidak perlu memperkenalkan diri karena langsung ketahuan. Kapanpu juga ok.

      Tetapi tetap saja ada etikanya. :)

      Hapus
  7. ini dosen yang nulis tidak bisa menjadi dosen yang baik. dosen yang baik itu bisa melayani mahasiswa. mahasiswa tuh dah bayar, sebagai dosen yang sudah dibayar harus bisa melayani dengan baik, bukan malah mempersoalkan tatacara sms.

    coba kalau ditinggalkan mahasiswa, dosen mau makan apa? ingat itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. astaghfirullah. bukan berarti juga melayani bisa diperlakukan sembarangan mbak/mas.
      kepada yang lebih tua harus menghormati.
      lagi pula "membayar" bukan berarti juga harus dilayani, bukankah kita sebagai mahasiswa yang sudah banyak mendapat ilmu dari beliau-beliau para dosen, yang notabene jauh lebih berharga daripada uang/harta.
      sama sekali ndak ada ruginya dan ndak ada susahnya ber-sms dengan cara yang sopan.
      kalau sekarang pertanyaan mbak/mas dibalik: coba kalau mahasiswa ditinggalkan dosen, mau jadi apa? rezekinya dosen buat makan bisa darimana saja, bisa saja bukan karena mengajar karena bukan mahasiswa yang memberi rezeki tapi sang Pencipta. ingat itu!

      Hapus
    2. kampus itu didirikan untuk bisnis, di situ ada transaksi, ada pelanggan, mahasiswa itu pelanggan dan kampus itu penyedia jasa.

      pelanggan adalah raja, kalau tidak bisa melayani mahasiswa dengan baik, masih banyak pilihan kampus lain. sekarang eranya demokrasi, eranya bebas memilih, eranya bebas berpendapat, bukan jaman order baru ...

      Hapus
    3. Demokrasi?, mas/mbak paham makna demrokrasi?
      Mas/mbak paham demokrasi dari siapa?, mas/mbak pernah belajar dibangkuTK, SD, SMP, SMA?
      Bukan masalah kampus untuk bisnis, mas/mbak pernah mikir nggak tanpa dosen kampus yang ngisi dan ngajar siapa?, apa guru TK?
      Kayaknya mas/mbak perlu ke TK lagi untuk diajari BUDAYA Bangsa kita. Umurnya berapa sih?
      Kasihan nih orang.

      Hapus
    4. Ini yang komen addalah mahasiswa TOLOL yang tidak tahu aturan. Kalau berani, pake nama asli kamu. Berani gak?

      Hapus
    5. di otak somebody ,adanya cuma duit...emang duit mau lu bawa mati...!!!?? inget...akhlaq lu tuh yga bakalan ditnyain di akhirat...bukan seberapa besar lu bayar kuliah...

      Hapus
  8. virus yang sedang menyebar saat ini adalah lupa akan budaya,terutama budaya sopan santun. andaikata masih memegang semboyan "yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda" maka hidup akan harmonis. dosen memang berhak mendapatkan rasa hormat dari mahasiswanya,dan mahasiswa memang berhak mendapatkan pelayanan yang baik dan menyenangkan dari dosen. tidak ada yang salah dan yang benar dalam kasus ini,yang perlu dilakukan adalah saling mengerti dan memahami.

    BalasHapus
  9. gaji dosen bukan berasal dari bayaran mahasiswa tetapi dari APBN, kecuali dosen swasta.....etika tetap perlu....dan tdk ada ruginya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dosen swasta pun kalau dari kopertis ya sama pak Mallo. Tetapi apapun itu, sebenarnya mendidik etika kepada mahasiswa itu bagian dari pelayanan dosen bukan?

      Karena mahasiswa nanti setelah lulus diharapkan soft skills-nya juga bagus.

      Hapus
  10. Balasan
    1. Silakan mas Amir. Semoga tulisan ini bermanfaat dengan semakin banyak yang share.

      Hapus
  11. banyak mahasiswa-mahasiwa pintar, jago coding dan sebagainya,
    namun ketika terjun di masyarakat mereka susah cari pekerjaan, susah mendapatkan pekerjaan, apalagi menciptakan pekerjaan.
    itu adalah salah satu indikasi ilmu yang tidak barokah, ilmu yang tidak bermanfaat,
    salah satu penyebabnya adalah akhlaknya yang buruk terhadap dosen, menyepelekan dosen, (syu'ul adab terhadap dosen)

    BalasHapus
  12. al adabu fauqal ilmi(adab diatas ilmu). Jadi duluan adab daripada ilmu, tinggi ilmu nya kalau tidak ada adabnya tidaklah dikira ilmunya. adab itu semacam disiplin, etika. karena disiplin itu adalah pokok keberhasilan.

    BalasHapus
  13. Bagaimana berkomunikasi yang baik. Saya rasa itu kuncinya. Menempatkan bahasa yang tepat kepada orang yang tepat. Itu bukan hanya budaya di Indonesia tetapi juga budaya Internasional.

    Negara maju itu karena mahasiswanya lebih pintar daripada dosennya, baik dari segi keilmuan maupun dari segi sosial komunikasi. Jika mahasiswa boleh seenaknya saja karena dianggap telah membayar mahal untuk kuliah (terutama di Universitas swasta) maka bisa dianggap bahwa dosennya yang gagal, karena tidak dapat mengajarkan etika, yang bakal sangat penting ketika si mahasiswa terjun ke dunia di luar akademik.

    Pembentukan karakter dan kepribadian menjadi penting di samping peningkatan kualitas keilmuan mahasiswa. Semoga komentar saya dapat dimengerti rekan-rekan yang mendiskreditkan tulisan pak Nasir.

    BalasHapus
  14. Artikel ini ga penting sama sekali seandainya mahasiswa sekarang itu semuanya tau diri dan tau orang lain. Jadi lebih heboh komentarnya gini daripada artikelnya hihihi...thumbs up Pak Nasir

    BalasHapus
  15. ada dua komentar yg mencerminkan hilangnya rasa hormat kepada yg lebih tua,,mungkin mereka kira agar dibilang lebih akrab,,,,jangan2 kalian (Anonim & Somebody) manggil bapak/ibu kalian dengan sebutan kamu??(kaya bule aja) \
    untuk pembaca,,,marahlah jika diri kalian kurang menghormati orang yg lebih tua,,,
    salam dunia pendidikan

    BalasHapus
  16. saya kira tergantung hubungan antara mahasiswa dengan dosen itu sendiri...
    tidak perlu selengkap itu juga sah saja asal masih dalam koridor kesopanan :)

    terimakasih kunjungan dan artikelnya pak :)

    BalasHapus
  17. Mahasiswa umumnya sudah sopan bahkan NGEMIS - NGEMIS ke dosen, harusnya dosen jangan jual mahal dan ngurusin hal lain terus, gak tau diri.

    BalasHapus
  18. Kembali lagi ke pokok permasalahan yaitu lagi2 attitude, kita ini orang timur yang tahu tata cara dan sopan santun, ingatlah bahwa sopan santun adalah tanda berbudaya, jd kalau tidak ada sopan santun lagi artinya sudah hilang budaya timur dan pola pikir sebagai warga negara yang baik. Pendidikan bukan hanya mencetak orang yang skill , knowledge oke saja tetapi harus mencetak : 1. Attitude 2. Knowledge 3. Skill. Dan renungkanlah kenapa banyak orang pintar tidak bijak? Karena tidak tahu apa arti sopan santun. Dan hormatilah guru dan sayangi teman itu tandanya kau murid budiman. Dosen adalah guru juga. Mudah-mudahan komentar saya dapat direnungkan, bila saudara-saudara masih menganggap saudara punya keyakinan dan sms dengan cara simple itu baik silahkan jalani yang terpenting saya sudah memberikan advice, namun bila tidak didengar ya tidak apa-apa karena itu sudah menjadi fixed minded di benak saudara. Ingatlah bahwa bagaimana anda bersikap menunjukkan pola pikir anda. Terima kasih. Salam dari indra. Dan salam pendidikan dan salam hormat utk semua yg telah berpartisipasi di blog ini serta salam hormat juga utk pemilik blog ini.

    BalasHapus
  19. Saya heran kenapa Dose di Indonesia suka pada jual mahal, dan gila hormat.

    Sepengalaman saya belajar S2/Master di universitas luar negeri, dosen dan profesornya ramah-ramah,tidak gila hormat, dan tidak jaim.

    Dosen di Indonesia itu paling malas kalau balas SMS, padahal biaya SMS itu murah. Mereka kan udah di gaji oleh mahasiswa lewat SPP, tapi balas SMS aja malas.

    Anehnya dosen di negeri ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan suka bandingkan dosen luar dan dosen kita, apalagi jika datanya hanya sedikit. oknum dosen itu ada di indonesia juga di luar negeri, oknum mahasiswa juga sama ada di luar dan dalam negeri. Masalahnya kita ini bangsa yang harusnya menjungjung sopan santun. jangan menuduh macam-macam perbaiki saja akhlak kita, sudah berbudaya santun tidak. Baik jadi orang penting tapi lebih penting jadi orang baik. urus saja diri kita agar lebih baik dan menghormati yang lain

      Hapus

Silakan menulis komentar. Tulislah komentar dengan penuh tanggung jawab.

Coretan Populer